BAB 14
Model Penelitian Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang
keberadaannya telah menimbulkan pro dan kontra. Sebagian mereka yang
berpi¬kiran maju dan bersifat liberal cenderung mau menerima pemikiran filsafat
Islam. Sedangkan bagi mereka yang bersifat tradisional yakni berpegangan kepada
doktrin ajaran Alquran dan Al-Hadis secara tekstual, cenderung kurang mau
menerima filsafat, bahkan menolaknya. Dari kedua kelompok tersebut nampak bahwa
kelompok terakhir masih cukup kuat pengaruhnya di masyarakat dibandingkan
dengan kelompok pertama. Kajian filsafat Islam dilakukan
sebagian mahasiswa pada jurusan tertentu di akhir abad ke 20 ini. Sedangkan
pada masyarakat secara umum seperti yang terjadi di kalangan pesantren,
pemikiran filsafat masih dianggap terlarang, karena dapat melemahkan iman.
Kalaupun di pesantren diajarkan logika, yang pada hakekatnya merupakan ilmu
yang mengajarkan cara berpikir filosofis, namun ini tidak diterapkan, melainkan
hanya semata-mata sebagai hafalan. Berbagai analisis tentang penyebab kurang
diterimanya filsafat di kalangan masyarakat Islam Indonesia pada umumnya adalah
karena pengaruh pikiran Al-Ghazali yang dianggapnya sebagai pembunuh pemikiran
filsafat. Anggapan ini selanjutnya telah pula dibantah oleh pendapat lain yang
mengatakan bahwa penyebabnya bulanlah Al-Ghozali, melainkan sebab-sebab lain
yang belum jelas.
A.
PENGERTIAN FILSAFAT ISLAM
Dari
segi bahasa, filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam. Kata
filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian secara bahasa filsafat berarti cinta
terhadap ilmu atau hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan
berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap
positif terhadapnya. Untuk ini ia mengatakan bahwa filsafat berarti mencari
hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan
pengalaman - pengalaman manusia.
Kata Islam berasal dari bahasa Arab
aslama, yuslimu islaman yang berarti patuh, tunduk, berserah diri serta memohon
selamat dan sentosa. Kata tersebut berasal dari salima yang berarti selamat,
sentosa, aman dan damai. Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi agama yang
ajaran - ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW, sebagai Rosul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran - ajaran yang
bukan hanya mengenai berbagai segi dari kehidupan manusia. Sumber dari ajaran –
ajaran yang mengambil berbagai aspek itu ialah al-Qur’an dan hadis.
Musa Asy’ari, mengatakan bahwa
Filsafat Islam itu pada dasarnya merupakan medan pemikiran yang terus
berkembang dan berubah. Dalam kaitan ini, diperlukan pendekatan historis
terhadap Filsafat Islam yang tidak hanya menekankan pada studi tokoh, tetapi
yang lebih penting lagi adalah memahami proses dialektik pemikiran yang
berkembang melalui kajian - kajian tematik atas persoalan - persoalan yang
terjadi pada setiap zaman. Oleh karena itu perlu dirumuskan prinsip - prinsip
dasar Filsafat Islam, agar dunia pemikiran Islam terus berkembang sesuai dengan
perubahan zaman. Lebih lanjut Musa Asy’ari berpenadapat bahwa Filsafat Islam
dapatlah diartikan sebagai kegiatan pemikiran yang bercorak Islam. Islam disini
menjadi jiwa yang mewarnai suatu pemikiran. Filsafat disebut Islami bukan
karena yang melakukan aktivitas kefilsafatan itu orang yang beragama Islam,
atau orang yang berkebangsaan Arab atau segi obyeknya yang membahas mengenai
pokok - pokok keislaman.
Amin Abdullah. Dalam hubungan filsafat
Islam ia mengatakan: “Meskipun saya tidak setuju untuk mengatakan bahwa
Filsafat Islam tidak lain dan tidak bukan adalah rumusan pemikiran Muslim yang
ditempati begitu saja dengan konsep Filsafat yunani, namun sejarah mencatat
bahwa mata rantai yang mengubungkan gerakan pemikiran Filsafat Islam era
kerajaan Abbasiyah dan dunia luar di wilayah Islam, tidak lain adalah proses
panjang asimilasi dan akulturasi kebudayaan Islam dan kebudayaan yunani lewat
karya – karya filosof Muslim, seperti Al - Kindi (185 H/801 M.-260 H/873 M.) Al
- Farabi (258 H/870 M.-339 H/950 M.), Ibnu Miskawih (320 H/923 M.-421 H/1030 M.),
Ibnu Sina (370 H/980 M.-428 H/1037 M.), Al - Ghozali (450 H/1058 M.-505 H/1111 M.,
dan Ibn Rusyd (520H/1126 M.-595 H/1198 M). Filsafat profetik (kenabian),
sebagai contoh, tidak dapat kita peroleh dari karya – karya Yunani. Filsafat
kenabian adalah trade mark Filsafat Islam. Juga karya – karya Ibn Bajjah (wafat
533 H/1138 M.), Ibnu Tufail (wafat 581H /1185 M.) adalah spesifik dan orisinal
karya filosof Muslim. Memang Alquran membawa cara yang sama sekali baru untuk
melihat Tuhan dan alam, dan juga membahas hukum - hukum yang tidak dapat
diredusir dalam filsafat Yunani.
Damardjati Supadjar berpendapat
bahwa dalam istilah Filsafat Islam terdapat dua kemungkinan pemahaman
konotatif. Pertama, Filsafat Islam dalam arti Islam filsafat tentang Islam yang
dalam bahasa Inggris kita kenal sebagai Philosophy of Islam. Dalam hal ini
Islam menjadi bahan telaah, obyek material suatu studi dengan sudut pandang
atau obyek formalnya, yaitu filsafat. Jadi di sini Islam menjadi genetivus
Objectivius. Kemungkinan kedua , ialah Filsafat Islam dalam arti Islamic
Philosophy, yaitu suatu filsafat yang Isami. Di sini Islam menjadi
genetivus subjektivus,artinya kebenaran Islam terbabar pada dataran
kefilsafatan.
Dalam pada itu dijumpai pendapat
Ahmad Fuad Al - Ahwani yang mengatakan bahwa Filsafat Islam ialah pembahasan
meliputi berbagai soal alam semesta dan bermacam - macam masalah manusia atas
dasar ajaran - ajaran keagamaan yang turun bersama lahirnya agama Islam.
Berdasarkan beberapa pendapat
diatas, Filsafat Islam dapat diketahui melalui lima cirinya sebagai berikut. Pertama, dilihat dari segi sifat dan
coraknya, filsafat Islam berdasar pada ajaran Islam yang bersumberkan al –
Qur’an dan hadits. Dengan sifat dan coraknya yang demikian itu, filsafat
Islam berbeda dengan filsafat Yunani atau Filsafat Barat pada umumnya
yang semata – mata mengandalkan akal pikiran (rasio). Kedua, dilihat dari segi ruang lingkup pembahasannya, filsafat
Islam mencakup pembahasan bidang fisika atau alam raya yang selanjutnya disebut
bidang kosmologi; masalah ketuhanan dan hal – hal lain yang bersifat non
materi, yang selanjutnya disebut bidang metafisika; masalah kehidupan di dunia,
kehidupan di akherat masalah ilmu pengetahuan , kebudayaan dan lain sebagainya;
kecuai masalah zat Tuhan. Ketiga,
dilihat dari segi datangnya filsafat Islam, sejalan dengan perkembangan ajaran
Islam itu sendiri, tepatnya ketika bagian dari ajaran Islam memerlukan
penjelasan secara rasional dan filosofis. Keempat, dilihat dari segi yang mengembangkan, filsafat Islam
dalam arti materi pemikiran filsafatnya, bukan kajian sejarahnya, disajikan
oleh orang - orang yang beragama Islam, seperti Al - Kindi, Al - Farabi, Ibn
Sina, Al - Ghazali, Ibn Rusyd, Ibnu Tufail, Ibn Bajjah dan sebagainya. Kelima, dilihat dari segi
kedudukannya, filsafat Islam sejajar dengan bidang studi keislaman lainnya
seperti fikih, ilmu kalam, tasawuf, sejarah kebudayaan Islam dan pendidikan Islam.
B.
MODEL - MODEL PENELITIAN FILSAFAT
ISLAM
Di bawah ini kita sajikan berbagai
model penelitian Filsafat Islam yang dilakukan para ahli dengan tujuan untuk
disajikan bahan perbandingan bagi pengembangan Filsafat Islam selanjutnya.
- Model M. Amin Abdullah
Dalam rangka penulisan disertainya,
M. Amin Abdullah mengambil bidang penelitiannya pada masalah Filsafat Islam.
Hasil penelitiannya ia tuangkan dalam bukunya berjudul the Idea of University Ethical
Norm In Ghazali and Kant. Dilihat dari segi judulnya, penelitian ini mengambil
metode penelitian kepustakaan yang bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang
mengambil bahan - bahan kajianya pada berbagai sumber baik yang ditulis oleh
tokoh yang diteliti itu sendiri (sumber primer), maupun sumber yang di tulis oleh
orang lain mengetahui tokoh yang ditelitinya itu (sumber sekunder). Bahan -
bahan tersebut selanjutnya diteliti keotentikannya secara seksama;
diklasifikasikan menurut variabel yang ingin ditelitinya, dalam hal ini masalah
etik; bandingkan antara stu sumber dengan sumber lainnya; dideskripsikan
(duraikan menurut logika berpikir tertentu), dianalisa dan disimpulkan.
Selanjutnya dilihat dari segi
pendekatan yang diguakan, M Amin Abdullah kelihatannya mengambil pendekatan
studi tokoh dengan cara melakukan studi komparasi antara pemikiran kedua tokoh
tersebut (Al – Ghazali dan Immanuel Kant), khususnya dalam bidang etika.
Penelitian yang polanya mirip dengan
Amin Abdullah tersebut dilakukan pula oleh Sheila McDonough dalam karyanya
berjudul Muslim Ethics and modernity: A Comparative Study of the Ethical Thougt
of Sayyid Ahmad Khan and Mawlana Mawdudi. Buku tersebut telah diterbitkan oleh
Wilfrid Laurier University Press, Kanada, pada tahun 1984. Dalam buku tersebut
yang dijadikan oleh obyek penelitian adalah Ahmad Khan dan Mawlana Mawdudi yang
keduanya adalah orang Pakistan dan telah dikenal di dunia Islam. Penelitian
tersebut termasuk kategori penelitian kualitatif, berdasar pada sumber
kepustakaan yang ditulis oleh kedua tokoh tersebut atau oleh orang lain megenai
tokoh tersebut. Sedangkan corak penelitiannya adalah penelitian deskriptif
analitis; sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan tokoh dan
komparatif studi. Melalui penelitian demikian akan dapat dihasilkan kajian
mendalam dalam salah satu bidang kajian, serta latar belakang pemikiran yang
menyebabkan mengapa kedua tokoh tersebuty mengemukakan pendapatnya seperti itu.
2.
Model Otto Horrassowitz, Majid
Fakhry dan Harun Nasution
Dalam bukunya berjudul History of
Muslim Philosophy yang diterjemahkan dan disunting oleh M.M. Syarif ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Para Filosof Muslim, Otto Horrassowitz telah melakukan
penelitian terhadap seluruh pemikiran filsafat Islam yang berasal dari
tokoh - tokoh filosof abad klasik, yaitu Al - Kondi, Al - Razi, Al - Farabi,
Ibn Miskawaih, Ibn Sina, Ibn Bajjah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd dan Nasir Al - Din Al
- Tusi. Dari Al - Kindi dijumpai pemikiran filsafat tentang Tuhan,
keterhinggaan, ruh dan akal. Dari Al - Razi dijumpai pemikiran filsafat tentang
teologi, moral, metode, metafisika, Tuhan, ruh, materi, ruang, dan waktu.
Selanjutnya dari Al - Farabi dijumpai pemikiran filsafat tentang logika,
kesatuan filsafat, teori sepuluh kecerdasan, teori tentang akal, teori tentang
kenabian, serta penafsiran atas Alquran. Selanjutnya dari Ibn Miskawaih
dijumpai pemikiran filsafat tentang moral, pengobatan rohani, dan filsafat
sejarah. Dalam pada itu dari Ibn Sina dikemukakan pemikiran filsafat tentang
wujud, hubungan jiwa dan raga, ajaran kenabian, Tuhan dan dunia. Dari Ibn Bajjah
dijumpai pemikiran filsafat tentang materi dan bentuk, psikologi, akal dan
pengetahuan, Tuhan, Sumber Pengetahuan, politik, etika, dan tasawuf. Dari Ibn
Tufail dikemukakan pemikiran filsafat tentang akal dan wahyu sebagai yang dapat
saling melengkapi yang dikemas dalam novel fiktifnya berjudul Hay Ibn Yaqzan
yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia; tujuan risalah, doktrin
tentang dunia, tuhan, kosmologi cahaya, epistomologi, etika, filsafat dan
agama. Selanjutnya dari Ibn Rusyd, dikemukakan pemikiran filsafat tentang
hubungan filsafat dari agama, jalan menuju Tuhan, jalan menuju pengetahuan,
jalan menuju ilmu, dan jalan menuju wujud. Dalam pada itu dari Nasir Al – Din
Tusi dikemukakan pemikiran filsafat tentang akhlak nasiri, ilmu rumah tangga,
politik sumber filsafat praktis, psikologi, metafisika, Tuhan, creatio ex nibilo,
kenabian, baik dan buruk, serta logika.
3.
Model Ahmad Fuad Al – Ahwani
Ahmad Fuad Al - Ahwani ntermasuk
pemikir modern dari Mesir yang banyak mengkaji dan meneliti bidang filsafat
Islam. Salah satu karyanya dalam bidang filsafat berjudul Filsafat Islam. Dalam
bukunya ini ia selain menyajikan sekitar problem filsafat Islam juga menyajikan
tentang zaman penerjemahan dan filsafat yang berkembang itu kawasan masyriqi
dan maghribi. Di kawasan maghribi ia kemukakan nama Al - Kindi, Al - Farabi,
dan Ibnu Sina. Sedangkan di kawasan maghribi kemukakan Ibnu bajjah, Ibnu
Tufail dan Ibn Rusyd. Selain dengan mengemukakan riwayat hidup serta karya dari
masing - masing tokoh filosof tersebut, juga dikemukakan tentang jasa dari
masing - masing filosof tersebut serta pemikirannya dalam bidang filsafat.
Dengan demikian metode penelitian
yang ditempuh Ahmad Fuad Al - Ahwani adalah penelitian kepustakaan, yaitu
penelitian yang menggunakan bahan - bahan kepustakaan. Sifat dan coraknya
adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sedangkan penedekatannya adalah
pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan
kawasan dan tokoh. Melalui pendekatan histories, ia mencoba menjelaskan latar
belakng timbulnya pemikiran filsafat dalam Islam. Sedangkan dengan pendekatan
kawasan ia mencoba membagi tokoh - tokoh filosof menurut tempat tinggal mereka,
dan dengan pendekatan tokoh, ia mencoba mengemukakan berbagai pemikiran
filsafat sesuai dengan tokoh yang mengemukakannya.
BAB
15
Model
Penelitian Ilmu Kalam
Ilmu kalam atau teolgi termasuk
salah satu bidang studi islam yang amat dikenal baik oleh kalangan akademis
mupun masyarakat pada umumnya. Hal ini antara lain terlihat dari terlibatan
ilmu tersebut dalam menjelaskan berbagai masalah yang muncul di masyarakat.
Keberuntungan atau kegagalan seseorang dalam kehidupannya sering dilihat dari
sisi teologi. Dengan kata lain, berbagai masalah yang terjadi di masyarakat
seringkali dilihat dari sudut teologi.
Hal tersebut merupakan fenomena yang
cukup menarik untuk diteliti secara lebih seksama. Itulah sebabnya telah banyak
karya ilmiah yang ditulis para ahli dengan mengambil tema kajian masalah
teologi, dan itu pula yang selanjutnya teologi menjadi salah satu bidang kajian
Islam mulai dari tingkat pendidikan dasar, sampai dengan pendidikan tinggi.
A.
PENGERTIAN ILMU KALAM
Menurut Ibn Khalduri, sebagaimana
dikutip A. Hanafi, Ilmu Kalam ialah ilmu berisi alasan - alasan yang
mempertahankan kepercayaan - kepercayaan iman dengan menggunakan dalil - dalil
pikiran dan berisi bantahan terhadap orang - orang yang menyeleweng dari kepercayaan
- kepercayaan aliran golongan sa;af dan Ahli Sunnah.
Selain itu ada pula yang mengatakan
bahwa Ilmu Kalan ialah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan
- kepercayaan keagamaan dengan bukti - bukti yang menyakinkan.
Muhammad ‘Abduh berpendapat bahwa
Ilmu Kalam adalah ilmu yang membicarakan tentang wujud Tuhan (Allah), sifat -
sifat yang mesti tidak ada pada-Nya serta sifat - sifat yang mungkin ada
pada-Nya, dan membicarakan pula tentang rasul - rasul Tuhan, untuk menetapkan
kerasulannya dan mengetahui sifat - sifat yang mesti ada padanya, sifat - sifat
yang mesti tidak ada padanya serta sifat - sifat yang mungkin ada pada-Nya dan
sifat - sifat yang mungkin terdapat padanya.
Dari pendapat tersebut dapat
diketahui bahwa teologi adalah ilmu yang secara khusus membahas tentang masalah
ketuhanan serta berbagai masalah yang berkaitan dengannya berdasarkan dalil -
dalil yang meyakinkan. Dengan demikian, seseirang yang mempelajarinya dapat
mengetahui bagaimana cara - cara untuk memiliki keimanan dan bagaimana pula
cara menjaga keimanan tersebut agar tidak hilang atau rusak.
B.
MODEL - MODEL PENELITIAN ILMU KALAM
Secara garis besar, penelitian Ilmu
Kalam dapat dibagi ke dalam dua bagian. Pertama, penelitian yang bersifat dasar
dan pemula; dan Kedua, penelitian yang bersifat lanjutan atau pengembangan dari
penelitian model pertama.
1.
Penelitian Pemula
Dalam kaitan ini dapat kita jumpai
beberapa karya hasi penelitian pemula sebagai berikut :
a.
Model Abu Mansur Muhammad bin Muhammad
bin Mahmud Al-Maturidy Al-Samarqandy
Abu Mansur Muhammad bin Muhammad bin
Mahmud Al-Maturidy Al-Samarqandy telah menulis buku teologi islam yang berjudul
Kitab At-Tauhid. Dalam buku tersebut disebutkan pembahasan tentang cacatnya taklid
dalam hal beriman, serta kewajiban mengetahui agama dengan dalil al-sama'
(dalil nakli) dan dalil aqli, pembahasan tentang alam dan perbedaan faham
diantara manusia tenteng cara Allah menciptakan makhluk, perbuatan makhluk,
paham qadariyah;qada dan qadar; masalah kei,amam; serita tidak adanya
dispensasi dalam hal Islam dan iman.
b.
Model Al-Imam Abi Al-Hasan bin Isma'il
Al-Asy'ari
Al-Imam Abi Al-Hasan bin Isma'il
Al-Asy'ari Beliau telah menulis buku berjudul Maqalat al-Islamiyyin wa ikhtilaf
al-mushallin. Dalam buku tersebut membahas tentang perbedaan pendapat di
kalangan umat Islam yang disebabkan karena perbedaan dalam bidang kepemimpinan
(imamah dan politik) dan di bahas pula tentang perbedaan pendapat di sekitar
penanggung arasy (bamalatul arsy), kebolehan bagi Allah dalam menciptakan alam,
tentang Alquran, perbuatan hamba, kehendak Allah, kesanggupan manusia,
perbuatan manusia dan binatang, kelahiran, kembalinya kematian ke dunia sebelum
datangnya hari kiamat, masalah imamah (kepemimpinan), masalah kerasulan,
masalah keimanan, janji baik dan buruk, siksaan bagi anak kecil, tentang tahkim
(arbitrase), hakikat manusia, aliran khawarij dengan berbagai sektenya, dan
masih banyak lagi masalah rumit yang pada hemat penulis belum banyak dikaji
oleh kalangan yang mengaku dirinya sebagai penganut teologi Asy’ariyah.
c.
Model ‘Abdul Al-Jabbar bin Ahmad
Abdul Al-Jabbar bin Ahmad menulis
buku berjudul Syarh al-Ushul al-Khamsyah. Dalam buku tersebut disebutkan
tentang ajaran Mu'tazilah secara mendalam dan mendetail. Yang diketahui bahwa
ajaran pokok Mu’tazilah ada lima, yaitu al-Tauhid, yaitu mengesakan Allah,
al-Adl yaitu paham keadilan Tuhan, al-wa’ad al-wa’id yakni paham janji baik dan
buruk di akhirat, al-manzhilah bain al-manzilatain serta amar ma’ruf nabi munkar.
Kelima ajaran dasar Mu’tazilah tersebut dibahas secara mendetail dalam buku
ini. Di antaranya kewajiban yang utama dalam mengetahui Allah, makna wajib,
makna keburukan, hakikat pemikiran dan macam - macamnya, pembagian manusia,
urusan dunia dan akhirat, makna berpikir, dan sebagainya.
d.
Model Thahawiyah
Thahawiyah menulis buku yang
berjudul Syarh al-Akidah al-Thahawiyah dan didalam buku tersebut telah dibahas tentang
kewajiban mengimani apa yang dibawa oleh para rasul, kewajiban mengikuti ajaran
para rasul. Makna tauhid, tauhid ululhiyah dan tauhid rububiyah, tafsir
potongan ayat ma itakhaza Allah min walad (Allah tidak mengambil anak), macam -
macam tauhid yang dibawa oleh rasul, tafsir potongan ayat Laitsa ka mitslihi
syaiun (tidak ada sesuatu yang serupa dengan Allah), mengenai wujud yang berada
di luar zat, tafsir tentang qudrat dan penjelasan bahwa Allah tidak dapat
dilemahkan oleh segala sesuatu, tafsir kalimat tailaha illa Allah, pembahasan
mengenai sifat al-bayat, kelangsungan sifat yang utama, sifat zat dan sifat
perbuatan bagi Allah, apakah sifat merupakan tambahan atas zat atau bukan dan
masalah lainnya yang jumlahnya lebih dari dua ratus pokok masalah.
e.
Model Al-Imam Al-Harmain Al-Juwaini
(478 H.)
Al-Imam Al-Harmain Al-Juwaini menulis
buku yang berjudul al-Syamil fi Ushul al-Din. Didalam buku tersebut
membahas tentang penciptaan alam yang didalamnya terdapat hakikat jauhar
(subtansi), arad (aksiden) didalamnya dibahas hakikat tauhid, kelemahan kaum Mu'tazilah,
penolakan terhadap pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan memiliki jisim;
pembahan tentang akidah; kajian tentang dalil atas kesucian Allah Swt.;
pembahasan tentang ta’wil; pembahasan tentang sifat-sifat bagi Allah; masalah
illat atau sebab.
f.
Model Al-Ghazali (w. 1111 M.)
Al-Ghazali telah menulis buku
al-iqtishad fi al-I'tiqad membahas tentang perlunya ilmu dalam memahami agama
dan juga perlunya ilmu sebagai fardhu kifayah, pembahasan tentang zat Allah,
tentang qadimnya alam dan penciptaan alam tidak memiliki fisim, dan penetapan
tentang kenabian Muhammad Saw.
g.
Model Al-Amidy (551-631 H.)
Saif Al-Din Al-Amidy telah menulis
buku yang berjudul ghayah al-Maram fi Ilmu Kalam yang membahas tentang
sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat nafsiyah yaitu sifat iradah, sifat ilmu,
sifat qudrat, sifat kalam dan sifat idrakat; pembahasan tentang sifat jaiz bagi
Allah, pembahasan tentang keesaan Allah Ta’ala, perbuatan yang bersifat wajib
al-Wujud, tentang tidak ada pencipta selain Allah, tentang barunya alam serta
tidak adanya sifat tasalsul dan tentang imamah.
h.
Model Al-Syahrastani
Al-Syahrastani telah menukis buku
yang berjudul Kitab Nihayah al-Iqdam fi Ilmi al-Kalam yang membahas tentang baharunya
alam, tauhid, sifat-sifat azali, hakikat ucapan manusia, tentang Allah sebagai
yang Maha Mendengar dan perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebelum datngnya
syari’at.
i.
Model Al-Bazdawi
Al-Bazdawi telah menulis buku yang
berjudul Kitab Ushul al-Din yang membahas perbedaan pendapat para ulama
mengenai mempelajari ilmu kalam, mengajarkan dan menyusunnya, perbedaan pendapat
para ulama mengenai sebab - sebab seorang hamba mengetahui sesuatu, pancaindera
yang lima, definisi mengenai ilmu pengetahuan, macam - macam ilmu pengetahuan,
tentang Allah sebagai Pencipta alam semesta, tentang bahwa Allah Ta’ala
berbicara dengan perkataan yang sifatnya qadim, tentang kehiduan di akhirat.
2.
Penelitian Lanjutan
Berbagai hasil penelitian lanjutan
dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Model Abu Zahra
Beliau telah menulis buku yang
berjudul Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah fi al-Siyasah wa al-‘Aqaid yang
membahas tentang objek-objek yang dijadikan angkal pertentangan oleh berbagai
aliran dalam bidang politik yang berdampak pada masalah teologi dan membahas
aliran dalam madzab Syi’ah , khawarij dengan berbagai sektenya.
b.
Model Ali Mushthafa Al-Ghurabi
Beliau telah meulis buku yang
berjudul Tarikh al-Firaq al-Islamiyah wa Nasy’atu ilmu al-Kalam ‘ind al-Muslimin
yang membahas perkembangan ilmu kalam, keadaan aqidah pada zaman Nabi Muhammad,
zaman Khulafaur Rasyidin dan zaman Bani Umayyah. dilanjutkan
pembahasan mengenai aliran Mu'tazilah lengkap dengan tokoh-tokoh dan
pemikir teoliginya.
c.
Model Abd Al-Latif Muhammad Al-‘Asyr
Beliau telah menulis buku yang
berjudul al-Fikriyyah li Mazhab Ahl al-Sunnah yang membahas tentang pokok-pokok
yang menyebabkan timbulnya perbedaan pendapat dikalangan umat islam; masalah
mantiq dan filsafah, barunya alam, sifat-sifat yang melekat pada Allah Azza wa
Jalla. Nama - nama Tuhan, keadilan Tuhan, penetapan kenabian, mu’jizat dan
karomah, rukun Islam, iman dan Islam, taklif (beban), A;-sam’iyyat (wahyu atau
dalil naql), Al-Imamah, serta ijtihad dalam hokum agama.
d.
Model Ahmad Mahmud Shubhi
Beliau telah menulis buku yang
berjudul Fi Ilmi Kalam yang membahas tentang aliran mu'tazilah lengkap dengan
ajaran dan tokoh-tokohnya; sedangkan buku keduanya membahas tentang aliran
Asy’ariyah lengkap dengan ajaran dan tokoh - tokohnya.
e.
Model Ali Sami' Al-Nasyr dan Amar
Jam'iy At-Tholibi
Beliau telah melakukan penelitian
khusus terhadap akidah kaum salaf dengan mengambil tokoh Ahmad Ibn Hambak, Al-Bukhari,
Ibn Kutaibah, dan Usman Al-Darimy. Buku tersebut telah diterbitkan oleh
Al-Maarif Iskandariyah tanpa menyebutkan tahunnya. Dalam buku tersebut telah di
ungkap tentang pemikiran kaum salaf yang berasal dari tokoh-tokohnya yang
menonjol itu.
f.
Model Harun Nasution
Harun Nasutionh yang dikenal sebagai
guru besar filsafat dan teologi banyak mencurahkan perhatiannya pada penelitian
dibidang teologi islam(Ilmu Kalam). Salah satu hasil penelitiannya adalah buku Fi
Ilm al-Kalam (teologi islam). Dalam buku tersebut selain dikemukakan tentang
sejarah timbulnya persoalan - persoalan teologi dalam Islam,juga dikemukakan
tentang berbagai aliran telogi islam lengkap dengan tokoh-tokoh dan
pemikirannya.
Dari berbagai penelitian yan
sifatnya lanjutan tersebut, dapat diketahui model penlitian yang dilakukan
dengan menggunakan ciri-ciri sebagai berikut:
·
Pertama, penelitian yang dilakukan
para peneliti lanjutan tersebut secara keseluruhan termasuk penelitian
kepustakaan, yaitu penelitian yang mendasarkan pada data yang terdapat dalam
berbagai sumber rujukan di bidang teologi Islam.
·
Kedua, secara keseluruhan
penelitiannya bercorak deskriptif, yaitu penelitian yang tekanannya pada
kesungguhan dalam mendeskripsikan data selengkap mungkin.
·
Ketiga, dari segi pendekatan yang
digunakan secara keseluruhan menggunakan pendekatan historis, yakni mengkaji
masalah teologi tersebut berdasarkan data sejarah yang ada dan juga melihatnya
sesuai dengan konteks waktu yang bersangkutan.
·
Keempat, dalam analisisnya selain
menggunakan analisis doktrin ajaran dan masing - masing aliran sedemikian rupa,
dan setelah itu barulah dilakukan perbandingan.
BAB 16
Makalah Penelitian Tasawuf
Tasawuf merupakan salah satu bidang
studi Islam yang memusatkan perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia
yang selanjutnya dapat menimbulkan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani atau
batin ini selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoterik dari diri manusia. Hal
ini berbeda dengan aspek Fiqih, khususnya bab thaharah yang memusatkan perhatian
pada pembersihan aspek jasmaniah atau lahiriah yang selanjutnya disebut sebagai
dimensi eksoterik.
Islam
sebagai agama yang bersifat universal dan mencaku berbagai jawaban atas
berbagai kebutuhan manusia, selain menghendaki kebersihan lahiriah juga menghendaki
kebersihan batiniah, lantaran penilaian yang sesungguhnya dalam Islam diberikan
pada aspek batinnya. Hal ini misalnya terlihat pada salah satu syarat
diterimanya amal ibadah, yaitu harus disertai niat.
Melalui
studi tasawuf ini seseorang dapat mengetahui tentang cara-cara melakukan
pembersihan diri serta mengamalkannya dengan benar. Dari pengetahuan ini
diharapkan ia akan tampil sebagai orang yang pandai mengendalikan dirinya pada
saat berinteraksi dengan orang lain, atau pada saat melakukan berbagai
aktivitas dunia yang menuntut kejujuran, keikhlasan, tanggung jawab,
kepercayaan dan sebagainya. Dari suasana yang demikian itu, tasawuf diharapkan
dapat mengatasi berbagai penyimpangan moral yang mengambil bentuk seperti
manipulasi, korupsi, kolusi, penyalahgunaan kekuasaan dan kesempatan,
penindasan.
A. PENGERTIAN TASAWUF
Tasawuf dari segi kebahasaan
terdapat sejumlah istilah yang dihubungkan orang dengan tasawuf. Harun Nasution
misalnya, menyebutkan lima istilah yang berhubungan dengan tasawuf, yaitu al-suffah
(ahl al-suffah) yaitu orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah ke
madinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam melaksanakan shalat berjama’ah,
sufi yaitu bersih dan suci, sophos (bahasa Yunani:hikmah), dan suf (kain wol
kasar).
Ditinjau dari lima istilah di atas,
maka tasawuf dari segi kebahasaan menggambarkan keadaan yang selalu
beroreantasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup
sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela mengorbankan demi tujuan-tujuan yang
lebih mulia disisi Allah. Sikap demikian pada akhirnya membawa sesesorang
berjiwa tangguh, memiliki daya tangkal ynag kuat dan efektif terhadap berbagai
godaan hidup yang menyesatkan.
Dalam kaitan ini tasawuf memiliki
tiga sudut pandang pengertian. Pertama, sudut pandang manusia sebagai makhluk
terbatas; Kedua, sudut pandang manusia sebagai makhluk yang harus berjuang;
Ketiga, sudut pandang manusia sebagai makhluk bertuhan.
B. MODEL - MODEL PENELITIAN TASAWUF
Berbagai bentuk dan model penelitian
tasawuf secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut.
1. Model Sayyed Husein Nasr
Sayyed
Husein Nasr merupakan ilmuan yang amat terkenal dan produktif dalam melahirkan
berbagai karya ilmiah, termasuk ke dalam bidang tasawuf. Hasil penelitiannya
disajikan dalam bukunya yang bejudul “Tasawuf Dulu dan Sekarang”. Ia
menggunakan metode penelitian dengan pendekatan tematik, yaitu pendekatan yang
mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema-tema tertentu. Dengan
penelitian kualitatif mendasarinya pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf
yang pernah berkembang dalam sejarah. Ia menambahkan bahwa tasawuf merupakan
sarana untuk menjalin hubungan yang intens dengan Tuhan dalam upaya mencapai
keutuhan manusia. Ia bahkan mengemukakan tingkatan-tingkatan kerohanian manusia
dalam dunia tasawuf.
2. Model Mustafa Zahri
Mustafa
Zahri memusatkan perhatiannya terhadap tasawuf dengan menulis buku berjudul “Kunci
Memahami Ilmu Tasawuf”. Penelitiannya bersifat ekploratif, yakni menggali
ajaran tasawuf dari berbagai literatur ilmu tasawuf. Ia menekankan pada ajaran
yang terdapat dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama
terdahulu serta dengan mencari sandaran pada Alquran dan hadis. Ia menyajikan
tentang kerohanian yang di dalamnya dimuat tentang contoh kehidupan Nabi, kunci
mengenal Allah, sendi kekuatan batin, fungsi kerohanian dalam menenteramkan
batin, serta tarekat dan fungsinya. Ia juga menjelaskan tentang bagaimana hakikat
tasawuf, ajaran makrifat, doa, zikir dan makna lailaha illa Allah.
3. Model Kautsar Azhari Noor
Kautsar
Azhari Noor memusatkan perhatiannya pada penelitian tasawuf dalam rangka
disertasinya. Judul bukunya adalah wahdat al-wujud dalam perdebatan dengan
studi dengan tokoh dan pahamnya yang khas, Ibn Arabi dengan pahamnya wahdat al-wujud.
Paham ini timbul dari paham bahwa Allah sebagaimana yang diterangkan dalam
uraian tentang hulul, ingin melihat diri-Nya di luar diri-Nya. Oleh karena itu,
dijadikan-Nya alam ini. maka alam ini merupakn cermin bagi Allah. Dikala Ia
ingin melihat dirinya, ia melihat kepada alam.
Paham ini telah menimbulkan kontroversi di kalangan para ulama, karena paham
tersebut dinilai membawa reinkarnasi, atau paham serba Tuhan, yaitu Tuhan
menjelma dalam berbagai ciptanya. Dengan demikian orang-orang mengira bahwa Ibn
Arabi membawa paham banyak Tuhan. Mereka berpendirian bahwa Tuhan dalam arti
zat-Nya tetap satu, namun sifat-Nya banyak. Sifat Tuhan yang banyak itupun
dalam arti kualitas atau mutunya, berbeda dengan sifat manusia.
4. Model Harun Nasution
Harun
Nasution merupakan guru besar dalam bidang teologi dan filsafat islam dan juga
menaruh perhatian terhadap penelitian di bidang tasawuf. Dalam bukunya yang
berjudul filsafat dan mistisisme dalam islam, ia menggunakan metode tematik,
yakni penyajian ajaran tasawuf disajikan dalam tema jalan untuk dekat kepada
Tuhan, zuhud dan stasion-stasion lain, al-mahabbah, al-ma’rifah, al-fana,
al-baqa, al-ittihad, al-hulul, dan wahdat al-wujud. Pendekatan tematik dinilai
lebih menarik karena langsung menuju persoalan tasawuf dibandingkan dengan pendekatan
yang bersifat tokoh. Penelitiannya itu sepenuhnya bersifat deskriptif
eksploratif, yakni menggambarkan ajaran sebagaimana adanya dengan
mengemukakannya sedemikian rupa, walau hanya dalan garis besarnya saja.
5. Model A. J. Arberry
Arberry
merupakan salah seorang peneliti barat kenamaan, banyak melakukan studi
keislaman, termasuk dalam penelitian tasawuf. Dalam bukunya “Pasang Surut Aliran
Tasawuf”, Arberry mencoba menggunakan pendekatan kombinasi, yaitu antara
pendekatan tematik dengan pendekatan tokoh. Dengan pendekatan tersebut ia coba
kemukakan tentang firman Allah, kehidupan nabi, para zahid, para sufi, para
ahli teori tasawuf, struktur teori dan amalan tasawuf , tarikat sufi, teosofi
dalam aliran tasawuf serta runtuhnya aliran tasawuf.
Dari isi penelitiannya itu, tampak bahwa Arberry menggunakan analisis
kesejarahan, yakni berbagai tema tersebut dipahami berdasarkan konteks sejarahnya,
dan tidak dilakukan proses aktualisasi nilai atau mentranformasikan
ajaran-ajaran tersebut ke dalam makna kehidupan modern yang lebih luas.